Kabar Baru untuk Penderita Asma
Asma, penyakit menahun yang berupa penyempitan saluran napas (ketika kambuh) ini memang merupakan penyakit yang banyak kita jumpai, terutama di kota besar, di Indonesia sendiri dari beberapa sumber yang pernah saya baca ada sekitar 7-8% orang yang menderita asma dan terus meningkat setiap tahunnya. Ini diakibatkan antara lain karena semakin buruknya kualitas udara yang kita hirup sehari-hari. Ketika saya kecil saya mengenal asma sebagai suatu penyakit turunan yang kita derita sejak kanak-kanak, namun beberapa tahun terakhir ini ternyata banyak juga penderita asma yang mendapatkan serangan pertamanya saat sudah dewasa. Asma ini bisa kambuh dikarenakan berbagai faktor pencetus seperti alergen, atau kelelahan saat melakukan kegiatan fisik, perubahan cuaca, sakit flu, emosi, bahkan bisa juga karena luapan kegembiraan. Tingkat dan jenis sensitivitasnya berbeda pada tiap orang, saya sendiri memiliki sensitifitas berlebih (alergi bahasa bakunya...) thd asap rokok, debu, polusi udara (sehingga jika sudah terlalu lama berdiam diri di Jakarta serangan akan sering sekali timbul), beberapa obat2an (aspirin), MSG (hehehe hidup sehat judulnya), dan lain lain. Nah, kalau kita bisa menghindari faktor-faktor pencetus ini, tentu serangan asma pun bisa dikendalikan.
Bagi anda yang memderita asma juga, tentu mengerti bagaimana rasanya bila terjadi serangan, atau bagi anda yang memiliki buah hati yg menderita asma, saya sendiri kadang tdk tega melihat anak-anak yang sedang terserang asma (hahaha walaupun itu juga terjadi pada saya :P ). Sementara jika anda bukan penderita asma dan penasaran seperti apa rasanya, kira-kira begini (ini lagi-lagi saya baca dari sebuah jurnal kedokteran):
1. Coba anda lari2 selama 3 menit, sampai napas terengah-engah
2. Ambil sebuah sedotan dan bernapaslah hanya dari mulut menggunakan sedotan itu
3. Terakhir, ketika bernapas tekan bagian tengah sedotan sehingga hanya sekitar 30% bagian yang terbuka dan bisa dilewati udara (ingat bernapas hanya melalui mulut).
Untuk mengurangi seranganpun terdapat berbagai obat-obatan dari mulai yang diminum, dihirup, hingga suntikan. Bagi mereka yang cenderung terserang secara berkala (sering) obat hirup (inhaller) kadang menjadi pilihan terbaik, obat jenis ini mampu melebarkan saluran napas dengan cepat namun seidkit sekali efek sampingnya terhadap organ-organ lain karena reaksinya langsung kepada sasaran, tidak seeperti obat-obatan yang diminum.
Nah, sebuah berita yang saya baca di www.sciencedaily.com , di Amerika sedang diadakan sebuah penelitian tentang asma yaitu "Bronchial Thermoplasty", sebuah percobaan untuk mengatasi asma tanpa penggunaan obat-obatan, melainkan dengan penggunaan panas untuk membakar "otot-otot halus" yang biasa berkontraksi ketika serangan asma. Suatu frekuensi radio tingkat rendah atau energi thermal akan melalui otot-otot saluran bronchial kita, dan akan 'merusak' otot-otot halus ini, dokter sendiri akan bisa mengontrol sebesar apa 'kerusakan' yang diperlukan. Percobaan yang sudah dilakukan adalah dengan menggunakan metode ini terhadap beberapa penderita asma 1 jam setiap harinya selama 3 minggu, hasil yang didapat adalah penurunan signifikan terhadap penggunaan obat-obatan seperti inhaler oleh para penderita itu.
Hal ini memang bukan merupakan penyembuhan, tetapi sepertinya cara yang cukup menjanjikan bagi penderita asma untuk bisa lebih mengendalikan penyakitnya. Sebab saya yakin bagi para penderita asma dimanapun, sekedar untuk mengurangi serangan saja sudah merupakan suatu hal yang amat berarti. Kita cuma bisa berharap, percobaan ini berjalan lancar dan berhasil, dan bisa kita nikmati di Indonesia ;)
Bagi anda yang memderita asma juga, tentu mengerti bagaimana rasanya bila terjadi serangan, atau bagi anda yang memiliki buah hati yg menderita asma, saya sendiri kadang tdk tega melihat anak-anak yang sedang terserang asma (hahaha walaupun itu juga terjadi pada saya :P ). Sementara jika anda bukan penderita asma dan penasaran seperti apa rasanya, kira-kira begini (ini lagi-lagi saya baca dari sebuah jurnal kedokteran):
1. Coba anda lari2 selama 3 menit, sampai napas terengah-engah
2. Ambil sebuah sedotan dan bernapaslah hanya dari mulut menggunakan sedotan itu
3. Terakhir, ketika bernapas tekan bagian tengah sedotan sehingga hanya sekitar 30% bagian yang terbuka dan bisa dilewati udara (ingat bernapas hanya melalui mulut).
Untuk mengurangi seranganpun terdapat berbagai obat-obatan dari mulai yang diminum, dihirup, hingga suntikan. Bagi mereka yang cenderung terserang secara berkala (sering) obat hirup (inhaller) kadang menjadi pilihan terbaik, obat jenis ini mampu melebarkan saluran napas dengan cepat namun seidkit sekali efek sampingnya terhadap organ-organ lain karena reaksinya langsung kepada sasaran, tidak seeperti obat-obatan yang diminum.
Nah, sebuah berita yang saya baca di www.sciencedaily.com , di Amerika sedang diadakan sebuah penelitian tentang asma yaitu "Bronchial Thermoplasty", sebuah percobaan untuk mengatasi asma tanpa penggunaan obat-obatan, melainkan dengan penggunaan panas untuk membakar "otot-otot halus" yang biasa berkontraksi ketika serangan asma. Suatu frekuensi radio tingkat rendah atau energi thermal akan melalui otot-otot saluran bronchial kita, dan akan 'merusak' otot-otot halus ini, dokter sendiri akan bisa mengontrol sebesar apa 'kerusakan' yang diperlukan. Percobaan yang sudah dilakukan adalah dengan menggunakan metode ini terhadap beberapa penderita asma 1 jam setiap harinya selama 3 minggu, hasil yang didapat adalah penurunan signifikan terhadap penggunaan obat-obatan seperti inhaler oleh para penderita itu.
Hal ini memang bukan merupakan penyembuhan, tetapi sepertinya cara yang cukup menjanjikan bagi penderita asma untuk bisa lebih mengendalikan penyakitnya. Sebab saya yakin bagi para penderita asma dimanapun, sekedar untuk mengurangi serangan saja sudah merupakan suatu hal yang amat berarti. Kita cuma bisa berharap, percobaan ini berjalan lancar dan berhasil, dan bisa kita nikmati di Indonesia ;)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home