'Mampir UGD'
Iseng banget orang mampir ke UGD ya? Tapi jangan salah... di musim kurang jelas seperti sekarang-sekarang ini UGD lumayan jd tempat yg sering dikunjungi orang-orang. Seperti juga yang terjadi pada saya tadi malam. Mampir UGD demi mendapat sehembusan napas :p . Apa pasal? begini ceritanya:
Saya dan pasangan menghadiri sebuah resepsi pernikahan di TMII, sekitar jam 20.50 kami beranjak pulang. Baruuuu saja keluar dr gerbang TMII saya mulai merasakan sulit bernapas (serangan asma yang memang sudah 1 bln ini kambuhnya kurang ajar)...saya pikir kali ini kemungkinan krn agak kedinginan (sempat sedikit berhujan2an td mnuju resepsi) plus beberapa bapak2 yang kurang pemahaman terhadap peraturan pemerintah "Dilarang merokok di tempat umum" dan dgn santai nya merokok di dalam ruang resepsi (biasa kan cari tempat di luar) sehingga saya mau tidak mau terpapar.
Sialnya lagi, saat serangan mulai bertambah parah, ketika saya merogoh tas utk mencari inhaler (obat hirup asma) yang seharusnya senantiasa saya bawa, kok ya gak ada... baru saya ingat sepertinya saya tidak bawa :( . Serangan asma mulai dibumbui dengan sedikit kepanikan krn tdk ada inhaler. Untunga saja pasangan saya tidak menunjukan kepanika nya, dia menenangkan saya sambil menambah laju mobil. Jarak yang harus kami tempuh masih lumayan jauh (TMII-mayestik).
Menjelang keluar tol di kuningan, sesaknya semakin parah, hingga sudah tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun... berkeringat..dan badan melemas. Melihat hal itu pasangan saya langsung menawarkan utk k UGD, krn msh terlalu jauh utk sampai rumah. Walhasil kami mnuju ke sebuah RS di warung buncit (Jakarta Medical Center).
Akhirnya.. sampai juga, sebelum saya benar2 kehabisan oksigen... sesampainya di ugd, setelah dijelaskan masalahnya, seorang dokter jaga dan suster mulai sibuk2 menyiapkan peralatan utk perawatan. Yang agak lucu adalah sebelum sang dokter menengok ke arah saya (dia sambil mengomabdikan kepada suster apa saja yang harus disiapkan... dia mengajak saya ngobrol, menanyakan keadaan dan mulai kapan serangannya. Hehehe saya yang sudah tidak mampu bersuara kecuali suara 'mengi' yang kadang ada kandang tdk dr saluran napas... hanya bisa mengangkat alis sebelah, berharap sang dokter menengok dan melihat keadaan saya yg bisa dibilang sudah parah :P . Ketika akhirnya dia menengok, baru raut mukanya berubah melihat saya yang sudah amat sangat sulit mengatur lalu lintas udara ke saluran napas. Langsung dia meminta suster utk mempercepat menyiapkan.
Lalu, apa saja yang diberikan? obat inhalasi melalui nebulizer (lumayan efektif utk serangan asma akut krn dalam keadaan yang sudah sulit sekali menarik napas, obat akan masuk dgn sendirinya ke saluran napas), dan suntikan. Lumayan lama saya harus menghirup dr alat nebulizer itu, menurut dokter 15 kemudian diberi oksigen murni. 15 mnt kemudian sang dokter memeriksa lagi ternyata sesak nya masih berat, sehingga setelah nanti diberi oksigen saya menghirup nebulizer lg, setelah diberiksa lagi ternyata masih agak berat, walhasil saya diberi 3x pengulangan nebulizer-oksigen-nebulizer-oksigen-nebulizer-oksigen. Jadi total2 sekitar 2 jam sana di UGD.
Saat saya sudah mulai bisa berbicara sang dokter mulai mengajak ngobrol...menanyakan kenapa bisa parah sekali serangannya, ketika saya bilang "inhaler nya ketinggalan dok" baru dia mengerti kalau asma saya memang agak berat. Dia bercerita bulan2 ini memang banyak sekali yang datang malam karena serangan asma, maklum cuaca lagi gak jelas, dalam satu malam paling sedikit ada 4 pasien UGD yang terserang asma, tapi semua nya rata2 asma ringan sehingga cukup diberi satu 'ronde' nebulizer-oksigen saja sudah langsung membaik.
Sekitar jam 24.00 sayapun diperbolehkan pulang dengan dibekali beberapa obat (lagi), dan nasihat2 agar lain kali jgn sampai lupa bawa inhaler dan menggunakan nya secara teratur selain saat serangan (obat hirup yang saya gunakan saat ini adalah Symbicort Turbuhaler, yg selain sebagai 'rescue inhaler' juga untuk treatment pencegahan serangan2 akut).
Ya nasib memang..penderita asma, apalagi di kota besar seperti Jakarta, selain faktor alam yaitu cuaca yang gak jelas, juga banyak faktor pencetus.. polusi, asap rokok, dan debu rumah biasanya pencetus yang peling sering ditemukan di kota2 besar.
Jadi pelajaran kali ini:
1. Jangan sampai ketinggalan inhaler.
2. Lebih siap dgn berbagai tindakan preventif
3. Para perokok tolong..kasihanilah sekitarmu!!!
Saya dan pasangan menghadiri sebuah resepsi pernikahan di TMII, sekitar jam 20.50 kami beranjak pulang. Baruuuu saja keluar dr gerbang TMII saya mulai merasakan sulit bernapas (serangan asma yang memang sudah 1 bln ini kambuhnya kurang ajar)...saya pikir kali ini kemungkinan krn agak kedinginan (sempat sedikit berhujan2an td mnuju resepsi) plus beberapa bapak2 yang kurang pemahaman terhadap peraturan pemerintah "Dilarang merokok di tempat umum" dan dgn santai nya merokok di dalam ruang resepsi (biasa kan cari tempat di luar) sehingga saya mau tidak mau terpapar.
Sialnya lagi, saat serangan mulai bertambah parah, ketika saya merogoh tas utk mencari inhaler (obat hirup asma) yang seharusnya senantiasa saya bawa, kok ya gak ada... baru saya ingat sepertinya saya tidak bawa :( . Serangan asma mulai dibumbui dengan sedikit kepanikan krn tdk ada inhaler. Untunga saja pasangan saya tidak menunjukan kepanika nya, dia menenangkan saya sambil menambah laju mobil. Jarak yang harus kami tempuh masih lumayan jauh (TMII-mayestik).
Menjelang keluar tol di kuningan, sesaknya semakin parah, hingga sudah tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun... berkeringat..dan badan melemas. Melihat hal itu pasangan saya langsung menawarkan utk k UGD, krn msh terlalu jauh utk sampai rumah. Walhasil kami mnuju ke sebuah RS di warung buncit (Jakarta Medical Center).
Akhirnya.. sampai juga, sebelum saya benar2 kehabisan oksigen... sesampainya di ugd, setelah dijelaskan masalahnya, seorang dokter jaga dan suster mulai sibuk2 menyiapkan peralatan utk perawatan. Yang agak lucu adalah sebelum sang dokter menengok ke arah saya (dia sambil mengomabdikan kepada suster apa saja yang harus disiapkan... dia mengajak saya ngobrol, menanyakan keadaan dan mulai kapan serangannya. Hehehe saya yang sudah tidak mampu bersuara kecuali suara 'mengi' yang kadang ada kandang tdk dr saluran napas... hanya bisa mengangkat alis sebelah, berharap sang dokter menengok dan melihat keadaan saya yg bisa dibilang sudah parah :P . Ketika akhirnya dia menengok, baru raut mukanya berubah melihat saya yang sudah amat sangat sulit mengatur lalu lintas udara ke saluran napas. Langsung dia meminta suster utk mempercepat menyiapkan.
Lalu, apa saja yang diberikan? obat inhalasi melalui nebulizer (lumayan efektif utk serangan asma akut krn dalam keadaan yang sudah sulit sekali menarik napas, obat akan masuk dgn sendirinya ke saluran napas), dan suntikan. Lumayan lama saya harus menghirup dr alat nebulizer itu, menurut dokter 15 kemudian diberi oksigen murni. 15 mnt kemudian sang dokter memeriksa lagi ternyata sesak nya masih berat, sehingga setelah nanti diberi oksigen saya menghirup nebulizer lg, setelah diberiksa lagi ternyata masih agak berat, walhasil saya diberi 3x pengulangan nebulizer-oksigen-nebulizer-oksigen-nebulizer-oksigen. Jadi total2 sekitar 2 jam sana di UGD.
Saat saya sudah mulai bisa berbicara sang dokter mulai mengajak ngobrol...menanyakan kenapa bisa parah sekali serangannya, ketika saya bilang "inhaler nya ketinggalan dok" baru dia mengerti kalau asma saya memang agak berat. Dia bercerita bulan2 ini memang banyak sekali yang datang malam karena serangan asma, maklum cuaca lagi gak jelas, dalam satu malam paling sedikit ada 4 pasien UGD yang terserang asma, tapi semua nya rata2 asma ringan sehingga cukup diberi satu 'ronde' nebulizer-oksigen saja sudah langsung membaik.
Sekitar jam 24.00 sayapun diperbolehkan pulang dengan dibekali beberapa obat (lagi), dan nasihat2 agar lain kali jgn sampai lupa bawa inhaler dan menggunakan nya secara teratur selain saat serangan (obat hirup yang saya gunakan saat ini adalah Symbicort Turbuhaler, yg selain sebagai 'rescue inhaler' juga untuk treatment pencegahan serangan2 akut).
Ya nasib memang..penderita asma, apalagi di kota besar seperti Jakarta, selain faktor alam yaitu cuaca yang gak jelas, juga banyak faktor pencetus.. polusi, asap rokok, dan debu rumah biasanya pencetus yang peling sering ditemukan di kota2 besar.
Jadi pelajaran kali ini:
1. Jangan sampai ketinggalan inhaler.
2. Lebih siap dgn berbagai tindakan preventif
3. Para perokok tolong..kasihanilah sekitarmu!!!
Gambar Nebulizer (pengobatan dgn penguapan 2 jenis obat, yg diberikan ketika saya d UGD)
Nebulizer. (gambar diambil dr: www.mercurymed.com )
CoolNeb
Nebulizer utk terapi.. (hehehe the visually cool side of medication :p )
Sekian... terimakasih!!!!